Selasa, 17 September 2013

PENGANTAR PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR

Pemrograman Terstruktur Hal
PENGANTAR PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR
Pendahuluan
Pada era tahun 1950 –1960, kecepatan komputer sangat rendah dan disertai juga dengan
keterbatasan dari media penyimpan, sehingga tentunya berakibat juga dengan keterbatasan dalam
penulisan program-program komputer. Namun di era saat ini, dengan kecepatan komputer yang
cukup handal demikian juga ketersediaan dari media penyimpan yang cukup handal dan besar,
serta didukung juga dengan perkembangan bahasa pemrograman yang ada sehingga kita dapat
dengan mudah membuat suatu program. Permasalahan yang timbul dalam pembuatan program
tersebut adalah bagaimana kita dapat memahaminya, sehingga apabila terdapat perubahan yang
akan dilakukan kita dapat memperbaikinya secara mudah. Hal ini tentu saja harus kita perhatikan
terutama apabila kita melihat dari biaya yang harus dikeluarkan dalam pembuatan program
tersebut.
Istilah Pemrograman Terstruktur (Structured Programming) mengacu dari suatu
kumpulan tehnik yang dikemukan oleh Edsger Dijkstra. Dengan tehnik ini akan meningkatkan
produktifitas programmer, dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam penulisan (write),
pengujian (test), penelusuran kesalahan (debug) dan pemeliharan(maintain) suatu program. Pada
pembahasan berikut ini kita akan melihat bagaimana tehnik ini yang pendekatan yang dilakukan
secara modular, dapat membantu kita dalam membangun suatu program.
Pemrograman Secara Modular
Dalam pemrograman secara modular, suatu program akan dipilah kedalam sejumlah
modul, dimana setiap modul menjalankan fungsinya sendiri. Tentunya fungsi yang dijalankan
oleh setiap modul sangat terbatas sesuai dengan ruang lingkup yang akan dikerjakan. Dengan
adanya sejumlah modul program ini tentu saja kesalahan yang timbul dapat dikurangi.
Setiap program tentu akan memiliki program utamanya, yang kemudian akan memanggil
sejumlah modul-modul yang ada.
Implementasi dari pendekatan secara modular
Pemrograman secara modular ini dapat diimplementasikan dengan penggunaan
subroutine, suatu kelompok instruksi yang menjalankan suatu pengolahan yang sifatnya terbatas
seperti pencetakan, pembacaan untuk proses input atau untuk proses penghitungan.
………………………
………………………
………………………
………………………
CALL SURETURN
Gambaran dari proses transfer ke dan dari suatu subroutine
Keterangan :
Path dari pemanggilan pertama
Path dari pemanggilan kedua
Pemrograman Terstruktur Hal : 2
Subroutine dapat dikelompokkan menjadi internal subroutine dan external subroutine, berikut ini
penjelasannya:
Internal Subroutines
Adalah bagian dari suatu program yang digunakan. Dideklarasikan cukup sekali saja, untuk
sejumlah proses yang sama akan dilakukan oleh program tersebut. Program akan memanggil
subroutines tersebut jika diperlukan dan apabila telah selesai, kontrol selanjutnya dikembalikan
ke instruksi berikutnya.
Instruksi yang mengendalikan kontrol transfer ke suatu subroutine umumnya dikenal sebagai call
dan return.
External Subroutines
Diletakkan secara terpisah dari program yang menggunakan subroutine tersebut. Subroutine ini
dideklarasikan supaya bisa dipakai oleh program yang lain. Untuk menggunakannya tentu
seorang programmer harus mengetahui dimana ? , apa namanya ?, bagaimana pengiriman datanya
?, bagaimana jawaban yang akan diperoleh ?. Subroutine ini biasanya digunakan untuk
pemrosesan yang komplek, yang dibutuhkan oleh banyak user.
Masalah Yang dihadapi dalam Pendekatan Modular
Masalah yang timbul misalnya tidak mengetahui modul mana yang harus digunakan, data
apa yang harus dikirimkan dsb-nya. Hal ini dapat dimaklumi karena tugas seorang programmer
tentu akan berbeda dengan programmer yang lainnya. Oleh karena itu dalam tahap perencanaan
fungsi-fungsi dari suatu modul harus dapat dimengerti secara jelas, dan tentu saja harus mengikuti
suatu standar yang telah ditentukan.
TOP-DOWN PROGRAMMING
Pendekatan ini sangat berguna sekali dalam perencanaan suatu program bersifat modul.
Dalam pendekatan ini pertama-tama kita mendefinisikan modul untuk program utama, yang
merupakan program yang pertama kali dieksekusi, memanggil modul yang lain dan kemudian
menghentikan eksekusi program. Jika fungsi yang akan dikerjakan terlalu komplek, maka modul
ini harus dipecah kedalam sejumlah modul-modul yang ada dibawahnya.
Structure Charts
Digunakan sebagai alat bantu perencanaan dalam top-down programming. Sering juga
disebut sebagai hierarchy/hierarchical/chart/visual table of content (VTOC). Tidak ada standar
untuk structure chart dan digunakan untuk menggambarkan seluruh komponen yang ada.
Bujur sangkar menggambarkan modul dan diidentifikasikan dengan sebuah angka,
dimana angka nol untuk menandakan program utama (main program). Modul ini menggambarkan
keseluruhan program dan ditandai oleh level-0, sedangkan dibawah adalah level-1 dan seterusnya.

Pemrograman Terstruktur Hal : 3
Meng-identifikasi Modul
Nama modul adalah deskripsi singkat dari modul tersebut. Identifikasi dari sebuah modul
juga memuat angkanya. Sebagai contoh pada gambar modul “200 process transaction”
mempunyai 5 buah fungsi subordinat yaitu :
- Reading transaction record
- Reading master record
- Updating inventory level
- Writing master record
- Printing error message
Contoh gambar structure chart untuk program pengupdate-an file nventory
Modul 210 – 250 juga termasuk level-2 seperti juga modul 110 dan 120. Modul 260 adalah modul
perkecualian. Sebuah modul dapat memiliki sebuah subordinat modul, jika modul itu juga
menjadi subordinat paling sedikit satu buah modul.
Me-review Structure Chart
Sesudah sebuah structure chart dipersiapkan, kemudian direview kembali untuk memastikan
kelengkapan dan strukturnya. Review ini dilakukan mulai dari level teratas hingga level
terbawah. Peranan user (pemakai program tersebut) harus disertakan untuk dapat melihat segala
sesuatu yang dibutuhkan.

260
write line
Pemrograman Terstruktur Hal : 4
Structure Chart dan Flowchart
Dalam structure chart digambarkan fungsi yang akan dilakukan dan relasi antar modulmodul,
sedangkan informasi yang diperlukan untuk peng-coding-an sangat sedikit. Didalamnya
tidak digambarkan langkah-langkah setiap pemrosesan maupun kondisi-kondisinya. Sehingga
flowchart umumnya dipersiapkan juga. Namun karena logika dari modul-modul itu sangat
sederhana, sehingga memungkinkan untuk melakukan peng-coding-an tanpa harus menggunakan
flowchart. Demikian juga untuk user lebih mudah untuk mengertinya.
Programming Structure
Salah satu sasaran dalam men-desain program terstruktur adalah mengurangi
kebingungan yang dihasilkan dari penggunaan percabangan atau perintah go-to.
Dalam pemrograman terstruktur tidak digunakan lagi perintah go-to. Ada tiga bentuk
yang digunakan yaitu : Sequence Structure, Loop Structure dan Selection Structure.
Sequence Structure
Dalam sequence structure, instruksi dieksekusi berdasarkan urutannya. Dimulai dari
bagian atas dan diakhiri di bagian bawahnya.
Bujur sangkar dapat menggambarkan operasi :
- Input dan Output
- Operasi aritmatika
- Operasi pemindahan data dalam memori komputer
Dalam sequence structure tidak diperkenankan penggunaan kotak keputusan.
Loop Structure
Loop (iteration) structure menggambarkan perulangan dari satu atau lebih instruksi.
Instruksi-1
Instruksi-2
Instruksi-3
False
kondisi True
Instruksi-1
…………
Pemrograman Terstruktur Hal : 5
Selection Structure
Dalam struktur ini terdapat sejumlah perintah yang dikerjakan tergantung dari kondisi yang
dipenuhinya. Seperti juga dengan sequence dan dan loop structure, terdapat single entry point dan
single exit point.
Referensi diambil dari :
La Budde, Keith, Structured Programming Concept, MCGraw-Hill Book Company.
False
kondisi True
Instruksi-1
…………
Instruksi-2
…………